Thursday, December 1, 2011

Nenek Moyang HIV Lebih Tua dari Dugaan

img 

(Foto: thinkstock)

Arizona, Jika dirunut dari silsilahnya, nenek moyang virus HIV ternyata sudah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Proses evolusi yang begitu panjang itu mengindikasikan bahwa HIV belum akan bisa diatasi dalam waktu dekat ini. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim gabungan dari University of Arizona dan Tulane University mengungkap bahwa usia HIV bukan hanya ratusan tahun seperti yang diperkirakan. Jauh sebelum itu, nenek moyangnya sudah ada di Afrika. Simian immunodeficiency virus (SIV) merupakan cikal bakal human immunodeficiency virus (HIV) yang usianya diperkirakan antara 32.000 hingga 75.000 tahun. Virus ini menjangkiti monyet-monyet di Pulau Bioko, di pantai barat Afrika. Wilayah itu merupakan bekas semenanjung yang terpisah dari benua Afrika pada zaman es sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu, Pulau Bioko menjadi wilayah yang terisolasi dengan populasi primata yang masih asli. Berbeda dengan HIV, SIV tidak menyebabkan sindrom melemahnya sistem kekebalan tubuh atau AIDS. Sifat virus yang tidak mematikan ini diyakini muncul setelah melalui proses evolusi yang panjang. "HIV merupakan virus yang unik karena sifatnya paling mematikan dibanding virus sejenis yang menjangkiti spesies lain, yang sudah lebih dulu ada sejak ribuan tahun lalu," ungkap Michael Worobay dari University of Arizona, seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (20/9/2010). Peneliti meyakini hal ini sebagai indikasi bahwa HIV belum akan bisa teratasi dalam waktu dekat ini. Jika SIV butuh waktu sedemikian panjang untuk mencapai bentuk yang tidak mematikan, maka HIV yang baru mewabah di awal abad ke-20 masih butuh waktu yang sangat lama jika tidak dibantu dengan riset obat-obat

Ingat-ingat! Ini Cara Penularan HIV AIDS

img 

(Foto: thinkstock)

Jakarta, HIV AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang belum bisa disembuhkan dan belum ada obatnya. Penularannya terjadi dari cairan ditubuh maka itu penting untuk mengetahui cara-cara penularan HIV AIDS. Setelah dinyatakan positif terkena HIV biasanya ada masa 5-10 tahun virus ini benar-benar bisa 'melumpuhkan' penderitanya. AIDS timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Meski kini dengan terapi ARV (Antiretroviral) penderita HIV AIDS bisa berumur panjang bersama penyakitnya. Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Orang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih yang kecil. Pada tahap awal terkena infeksi, virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun. Gejalanya baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu. Gejala awal HIV adalah mengalami sakit kepala yang berat, demam, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha. Seperti dikutip dari situs WHO, Senin (6/12/2010) ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang. Pada stadium lanjut gejala HIV memperlihatkan kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan, batuk kering, demam berulang atau berkeringat saat malam hari, kelelahan, diare yang lebih dari seminggu, kehilangan memori, depresi dan juga gangguan saraf lainnya. Karena ganasnya penyakit ini, sebaiknya ingat-ingat terus cara penularan HIV AIDS. Intinya penularannya terjadi dari cairan ditubuh. Virus HIV berada dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Jadi penularan melalui ciuman tidak terjadi. 

1. Hubungan seks, terutama melalui anus (anal) Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks. Perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko. Lakukan hubungan seks yang aman. 

2. Penggunaan bersama jarum suntik yang terkontaminasi oleh pemakai narkoba atau perawatan kesehatan Jarum suntik yang sudah dipakai bisa mengandung cairan dari pemakainya. Kebiasaan seperti ini yang banyak digunakan pemadat. Padahal jarum suntik hanya sekali pakai. 

3. Transfusi darah Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat. 

4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui Ibu hamil yang punya penyakit HIV berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa hamil, bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen. Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV dari ibu hamil, menurut dr Utami semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral). Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa kehamilan. 

 5. Terjadinya luka akibat pemakaian benda yang bersamaan seperti silet, pisau cukur juga bisa menularkan HIV. Jadi hindari penggunaan barang-barang seperti itu bergantian, lebih baik punya sendiri, sumber 

http://www.detikhealth.com/read/2010/12/06/102216/1509687/763/ingat-ingat-ini-cara-penularan-hiv-aids

AIDS: Benarkah Akibat 'Itunya' Dipakai Sembarangan?

img 

Foto: thinkstock

Jakarta, Perilaku seks bebas sering disebut-sebut sebagai penyebab utama penularan HIV/AIDS. Akibatnya, penderitanya mendapatkan stigma negatif di masyarakat. Benarkah HIV hanya menular melalui hubungan seks? dr Aritha Herawati, Kepala Bidang Terapi dan Rehabilitasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta mengaku prihatin dengan anggapan semacam itu. Berdasarkan data yang ia miliki, penularan HIV melalui hubungan seks justru bukan yang tertinggi. Jadi AIDS tak selamanya karena akibat hubungan seks. "Penularan melalui hubungan seks memang tinggi, tapi yang tertinggi tetap melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian yakni sekitar 60 persen," ungkap dr Aritha saat dihubungi detikHealth

Kamis (30/9/2010). Menurutnya, saat ini pemakaian jarum suntik paling berisiko menularkan HIV karena populasi pengguna narkoba suntik masih sangat tinggi. Karena ilegal dan dilakukan diam-diam, umumnya perilaku para pecandu lebih sulit dikendalikan. Risiko penularan melalui hubungan seks juga tinggi, namun belum melebihi 40 persen. Menurut dr Aritha, angka itu sudah termasuk ibu-ibu rumah tangga yang tertular HIV dari suaminya sendiri. "Ibu rumah tangga juga berisiko lho, misalnya kalau suaminya suka jajan sembarangan. Sampai di rumah berhubungan dengan istrinya, lalu istrinya tertular. Istrinya juga berisiko menularkannya lagi ke anaknya," ungkap dr Aritha. Anak-anak yang tertular HIV dari ibunya inilah yang seringkali menanggung dosa akibat stigma negatif yang berkembang di masyarakat. Saat tumbuh dewasa, bisa jadi orang akan mengiranya sebagai pengguna narkoba atau pelaku seks bebas. Untuk itu dr Aritha menghimbau agar stigma negatif mulai disingkirkan. Ia tidak ingin membenarkan perilaku seks bebas maupun narkoba, namun mengucilkan penderita HIV/AIDS dan melabelinya dengan stigma negatif menurutnya tidak manusiawi. "Siapapun bisa tertular, jadi tidak usah main cap atau stigma. 

Yang penting jaga diri sajalah agar tidak tertular, salah satunya memang dengan selalu setia pada pasangan tetap," ungkap dr Aritha. Salah satu joke yang dinilai ikut melestarikan stigma tersebut dilontarkan oleh Menkominfo Tifatul Sembiring melalui Twitter, Rabu (29/9/2010) malam. Dalam akunnya, Tifatul mengutip pernyataan mantan Menkes Prof Sujudi bahwa AIDS adalah singkatan dari 'Akibat Itunya Dipakai Sembarangan'. Data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menujukkan penularan kumulatif kasus AIDS tertinggi pada tahun 2009, adalah melalui heteroseksual (50,3 persen), diikuti penggunaan jarum suntik (40,2 persen), dan homoseksual (3,3 persen). Sementara Dr dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH dr ph dalam acara seminar 'How to deal with HIV AIDS' di aula FKUI Salemba pada Juni 2010, menuturkan dalam upaya pengendalian HIV AIDS tetap harus menghormati harkat, martabat, norma dan agama, serta memperhatikan keadilan, kesejahteraan dan juga jenis kelamin. Hal lain yang juga penting adalah harus melindungi ODHA (orang dengan HIV AIDS) agar tidak dihakimi masyarakat. HIV AIDS merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga bisa menurunkan kualitas hidup orang tersebut. Untuk itu diperlukan langkah-langkah yang tepat agar bisa membantu mengurangi angka pengidap

16 Tanda yang Menunjukkan Orang Terinfeksi HIV

img 

foto: Thinkstock

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) hingga kini belum bisa diobati, penderitanya hanya diberikan obat-obat anti-retroviral atau ARV. Orang yang berisiko terkena HIV adalah jika sering melakukan seks tanpa pengaman dengan lebih dari satu pasangan atau menggunakan obat-obat terlarang dengan suntikan. "Pada tahap awal infeksi HIV, gejala yang paling umum pun tidak ada," kata Michael Horberg, MD, direktur HIV - AIDS di Kaiser Permanente, Oakland, California seperti yang dikutip dari Health, Senin (31/10/2011). Karena gejala awalnya tidak ada, orang-orang yang berisiko tersebut kadang tidak tahu tubuhnya sudah dimasuki virus HIV. Dalam 1 atau 2 bulan virus HIV memasuki tubuh. Sebesar 40 hingga 90 persen dari orang mengalami gejala seperti flu dapat dikenal sebagai sindrom retroviral akut (ARS). Tetapi kadang-kadang gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun bahkan beberapa dekade setelah infeksi. Berikut adalah beberapa tanda-tanda bahwa mungkin seseorang positif terkena HIV, antara lain: 

1. Demam Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan, sampai sekitar 39 derajat C (102 derajat F). Demam sering disertai dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. "Pada titik ini virus bergerak ke dalam aliran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah besar. Sehingga akan ada reaksi inflamasi oleh sistem kekebalan tubuh," kata Carlos Malvestutto, MD, instruktur penyakit menular dan imunologi dari department of medicine di NYU School of Medicine, New York. 

2. Kelelahan Respon inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan dapat menjadi tanda awal dan tanda lanjutan dari HIV. 

3. Pegal, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening ARS sering menyerupai gejala flu, mononucleosis, infeksi virus atau yang lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal tersebut memang tidak mengherankan. Banyak gejala penyakit yang mirip bahkan sama, termasuk nyeri pada persendian dan nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh dan cenderung akan meradang bila ada infeksi. Kelenjar getah bening berada di pangkal paha leher ketiak, dan lain-lain. 

4. Sakit tenggorokan dan sakit kepala "Seperti gejala penyakit lain, sakit tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat merupakan ARS," kata Dr. Horberg. Jika memiliki risiko tinggi HIV, maka melakukan tes HIV adalah ide yang baik. Karena HIV paling menular pada tahap awal. 

5. Ruam kulit Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam perkembangan HIV/AIDS. 

6. Mual, muntah dan diare Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan HIV memiliki gejala jangka pendek seperti mual, muntah, atau diare pada tahap awal HIV, kata Dr. Malvestutto. Gejala tersebut juga dapat muncul sebagai akibat dari terapi antiretroviral, biasanya sebagai akibat dari infeksi oportunistik. "Diare yang tak henti-hentinya dan tidak merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik," kata Dr. Horberg. 

7. Penurunan berat badan "Jika penderita HIV sudah kehilangan berat badan, berarti sistem kekebalan tubuh biasanya sedang menurun," kata Dr. Malvestutto. 

8. Batuk kering Batuk kering dapat merupakan tanda pertama seseorang terkena infeksi HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama 1 tahun dan terus semakin parah. 

9. Pneumonia Batuk dan penurunan berat badan juga mungkin pertanda infeksi serius yang disebabkan oleh kuman yang tidak akan mengganggu jika sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. "Ada banyak infeksi oportunistik yang berbeda dan masing-masing dapat datang dengan waktu yang berbeda," kata Dr. Malvestutto. Pneumonia merupakan salah satu infeksi oportunistik, sedangkan yang lainnya termasuk toksoplasmosis, infeksi parasit yang mempengaruhi otak, cytomegalovirus, dan infeksi jamur di rongga mulut.  

10. Keringat malam Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi HIV akan berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV, kata Dr. Malvestutto. Keringat malam terjadi bahkan saat tidak sedang melakukan aktivitas fisik apapun. 

11. Perubahan pada kuku Tanda lain dari infeksi HIV akhir adalah perubahan kuku, seperti membelah, penebalan dan kuku yang melengkung, atau perubahan warna (hitam atau coklat berupa garis vertikal maupun horizontal). Seringkali hal tersebut disebabkan infeksi jamur, seperti kandida. "Pasien dengan sistem kekebalan yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur," kata Dr. Malvestutto. 

12. Infeksi Jamur Infeksi jamur yang umum pada tahap lanjut adalah thrush, infeksi mulut yang disebabkan oleh Candida, yang merupakan suatu jenis jamur. "Candida merupakan jamur yang sangat umum dan salah satu yang menyebabkan infeksi jamur pada wanita. "Candida cenderung muncul di rongga mulut atau kerongkongan, sehingga akan sulit untuk menelan," kata Dr. Malvestutto. 

13. Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi Masalah kognitif dapat menjadi tanda demensia terkait HIV, yang biasanya terjadi lambat dalam perjalanan penyakit. Selain kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi, demensia terkait AIDS mungkin juga melibatkan masalah memori dan masalah perilaku seperti marah atau mudah tersinggung. Bahkan mungkin termasuk perubahan motorik seperti, menjadi ceroboh, kurangnya koordinasi, dan masalah dengan tugas yang membutuhkan keterampilan motorik halus seperti menulis dengan tangan. 

14. Herpes mulut dan herpes kelamin Cold sores (herpes mulut) dan herpes kelamin (herpes genital) dapat menjadi tanda dari ARS dan stadium infeksi HIV. Herpes tersebut juga dapat menjadi faktor risiko untuk tertular HIV. Karena herpes kelamin dapat menyebabkan borok yang memudahkan virus HIV masuk ke dalam tubuh selama hubungan seksual. Orang-orang yang terinfeksi HIV juga cenderung memiliki risiko tinggi terkena herpes karena HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh. 

15. Kesemutan dan kelemahan Akhir HIV juga dapat menyebabkan mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal ini disebut neuropati perifer, yang juga terjadi pada orang dengan diabetes yang tidak terkontrol. "Hal tersebut menunjukkan kerusakan pada saraf," kata Dr. Malvestutto. Gejala tersebut dapat diobati dengan obat-obatan penghilang rasa sakit yang dijual bebas dan antikejang seperti gabapentin. 

16. Ketidakteraturan menstruasi Infeksi HIV tahap lanjut tampaknya dapat meningkatkan risiko mengalami ketidakteraturan menstruasi, seperti periode yang lebih sedikit dan lebih jarang. Perubahan tersebut mungkin lebih berkaitan dengan penurunan berat badan dan kesehatan yang buruk dari wanita dengan tahap akhir infeksi HIV. Infeksi HIV juga telah dikaitkan dengan usia menopause yang lebih dini, yaitu sekitar 47-48 tahun bagi perempuan yang terinfeksi HIV dibandingkan dengan perempuan yang tidak terinfeksi sekitar usia 49-51